Introspeksi



Aku ingin hening dan pejamkan mata. Menikmati tetes gerimis, yang sesekali butiran lembutnya mengetuk kaca jendela. Menikmati dinginnya malam menjelang pagi, yang meniupkan angin lembut pembawa pesan tentang sebuah perjalanan hidup.

Langkah langkah kecil yang diawali ketika kita terlahir, menjadi sebuah langkah besar yang dipenuhi oleh goresan-goresan pengalaman yang tidak selalu menyenangkan. Kadang penuh gelak tawa, kadang berurai air mata. Kadang dihadang masalah yang bisa membutakan nurani tentang kebenaran.

Ya, Allah. Berapa besarkah dosa yang tak terasa yang pernah hamba cipta. Tentang jalan yang tidak selamanya lurus, tentang langkah yang tak jarang salah, tentang prasangka yang tidak selalu baik, tentang rasa yang sering mendua. Padahal hamba tahu betul, sedikit saja kesombongan dapat jadi penghalang hamba untuk memasuki surgaMu.

Ajari lagi hambaMu, belajar tentang ayat-ayat kasih dan cinta. Agar bisa hamba gunakan untuk membunuh kebencian. Ajari juga hamba tentang menikmati rasa syukur agar hamba tidak jadi kufur. Ajari terus hamba tentang jujur pada diri sendiri, karena hati tidak pernah bisa dibohongi. Ajari selalu hamba tentang jihad ber-amar maruf nahi munkar-.

Gerimis mulai reda. Hati malah menangis. Sering aku merenung, bersujud, tafakur…. sesering aku menggoreskan tinta merah dalam raport kehidupan, malah lebih. Kembali lagi aku padaMu, karena tobat adalah obat dan kembali pula aku berbuat. Sebuah introspeksi kadang jadi nyanyian pengiring permohonan ampunan, yang kadang menjadi sumbang ketika berhadapan pada banyak kenyataan.

Hamba sadar tak pernah pantas hamba menjadi penghuni surgaMu, tapi hamba lebih yakin kalau hamba tak sanggup bila harus masuk nerakaMu. Maka Ikhlas-kanlah ridhoMu untukku. Amin.

Aku dan Diriku .............

Aku tahu hatiku telah sering menasihatiku untuk tidak melakukan yang tak baik bagiku, untuk tak meneruskan pergaulan yang buruk, dan untuk tidak berupaya menyenangkan orang yang tak menghormatiku.

Aku menutupi kegelisahanku dengan pergaulan yang gaduh, dan menyembunyikan kegalauanku di balik tawa ceria yang garing.

Tuhanku, itu mungkin yang menyebabkan aku tenggelam dalam kesedihan yang tak kumengerti, dengan air mata yang terurai sendiri tanpa kesedihan yang jelas, karena aku menolak bersedih bersama hatiku.

Aku telah berlaku semena-mena kepada hatiku sendiri, dan membiarkannya bersedih dengan mengabaikan harapan-harapan baiknya.

Hari ini, aku mohon Engkau mentenagai keikhlasanku untuk lebih mendengarkan suara hatiku, yang menasihatiku untuk lebih memelihara kesehatan, melembutkan perlakuanku kepada diri dan keluargaku, menyegerakan tindakan yang menguatkanku, dan membangun kedamaian hidup dalam kedekatan denganMu.

Tuhan, dengan kesungguhanku hari ini, aku mohon Engkau menjadikanku pribadi yang lebih anggun, yang damai dalam keputusan baikku, yang tak mengkhawatirkan pendapat miring orang lain, dan hidup sebaik-baiknya hari ini untuk kebaikan hidupku di masa depan.

Tuhan, damaikanlah aku bersama diriku sendiri.

Aamiin....